Jumat, 08 Juli 2011

DIJUAL! BUKU TENTANG SEJARAH KOTA DEPOK HARGA RP 40.000

Buku yang unik terbitan 2011, petani menulis sejarah tentang masalalu kota Depok, jelas menarik karena yang menulis adalah petani. Nggak nyangka kota Depok penuh dengon epos kepahlawanan

DIJUAL, BIBIT TANAMAN KOL DAN KEMBANG KOL DATARAN RENDAH

DIJUAL BIBIT SINGKONG BUTO RP 3000/ BATANG (+ PERAWATAN)

DIJUAL BIBIT DAN HASIL OLAHAN ALOEVERA

DIJUAL BIBIT SENGON DAN JABON HARGA BERSAMA PERAWATAN

DIJUAL BELIMBING DEWA HARGA DIBAWAH PASAR, PARTAI BESAR MAUPUN KECIL

KOTA Depok identik dengan belimbing. Selama 5 tahun terakhir ini, Pemerintah Kota bersama para pemangku kepentingan di bidang pertanian, aktif mengkampanyekan belimbing sebagai ikon Depok. Belimbing Depok dikenal dengan Belimbing Dewa, Hasil buah karya petani penangkar Depok Bapak H. Usman Mubin. Belimbing dengan berbagai kelebihannya akan memberikan inspirasi bagi warga Kota Depok bagi munculnya berbagai karya kreatif. Misalnya dalam pengembangan kuliner, kerajinan, seni rupa, dll.

Buah yang berwarna kuning-Orange keemasan ini, mengandung vitamin C dan A yang cukup tinggi, buah besar dapat mencapai 0.8 Kg per buah, Rasa manis ditenggarai sebagai obat herbal penurun darah tinggi/Hipertensi, Kencing Manis, Nyeri Lambung, dll, sangat Prospektif dikembang kan di kota Depok dan kini telah menjadi buah unggulan kota Depok karena secara komparatif Buah Belimbing Dewa Depok Lebih unggul dibandingkan buah belimbing yang lainnya yang ada di Indonesia. Hal ini diketahui pada setiap Event Lomba Buah Unggul dan pameran-pameran buah Nasional serta Internasional, Buah Belimbing Dewa ini lebih unggul dan selalu menjuarai sebagai buah unggul nasional versi Trubus.

Belimbing sudah lama dibudidayakan oleh petani Kota Depok dan sesuai secara klimatologis. Tanaman belimbing membutuhkan curah hujan sedang dan sinar matahari memadai dengan intensitas penyinaran 45-50 persen. Belimbing akan tumbuh prima pada daerah dengan 7,5 bulan basah aan 4,5 bulan kering. Budidaya belimbing makin diminati oleh para petani baru, karena cukup menguntungkan secara ekonomis. Saat ini jumlah pohon belimbing di Kota Depok mencapai sekitar 30 ribu pohon, atau mencapai 120 hektare, dengan jumlah petani mencapai 1000-an orang. Belimbing Depok memiliki keunggulan karena penampilan fisiknya yang “lebih” dibanding jenis belimbing lainnya, baik dari Demak maupun Blitar yang merupakan pesaing utamanya. Selain itu, Belimbing menjadi daya pikat tersendiri. Belimbing juga merambah Istana Negara. Sejumlah parsel belimbing Dewa Depok sering dipromosikan kepada tamu-tamu Negara.

Upaya lain dalam meningkatkan nilai tambah produk Belimbing adalah pengolahan produk. Walaupun usaha pengolahan hortikultura di kota Depok masih minim, akan tetapi sosialisasi pelatihan di bidang olahan untuk memotivasi pengusaha mikro dibidang pengolahan dalam memproduksi olahan hortikultura khususnya buah-buahan menjadi minuman segar terus ditingkatkan. Kini mulai banyak pengusaha olahan di kota Depok yang merintis untuk olahan produk holtikultura seperti buah belimbing dan jambu biji merah diantaranya adalah Bapak Toni, Ibu Maria, Ibu Retno.

SUMBER :

http://bataviase.co.id/node/513177
http://www.depok.go.id/profil-kota/ikon-kota-depok

DIJUAL KOLONI TAWON KLANCENG RP 500.000 / STUP



Sampai saat ini, tak banyak yang tahu, lebah Lanceng atau Klanceng, memiliki manfaat besar dalam menjaga kesehatan sekaligus peluang usaha cukup menggiurkan. Sugeng, warga Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta contohnya, berhasil membudidayakan lebah Lanceng.

Lebah Lanceng / Klanceng atau nama latinnya Apis Trigona, mempunyai ukuran lebih kecil dari lalat. Karenanya, ia memiliki koloni cukup banyak, untuk menghasilkan madu. Tentunya dengan waktu yang cukup panjang, bahkan hingga tiga bulan sekali untuk memanen. Itupun hanya didapat, tak lebih dari 125 mili liter madu Lanceng, pada setiap kotak koloni yang dihuni ribuan lebah Lanceng.

Untuk budidaya madu lebah Lanceng, perlu ketelatenan yang lebih, dibandingkan dengan lebah madu biasa, baik dalam pemindahan koloni lebah, perawatan hingga cara pemanenennya. Selain itu, populasi lebah Lanceng membutuhkan udara yang cukup lembab.

Dalam pengambilan madunya misalnya, hingga kini belum ada cara yang praktis serta higienis. Biasanya dengan cara memilih sisir yang berisi madu lalu dikeluarkan dengan cara memeras. Dengan demikian, sebagian larva ada yang mati dan madu masih tercampur sedikit malam maupun tepung sari sehingga terlihat kurang bersih.

Lebah lancing di budidaya dalam kotak-kotak yang dibuat dari potongan bambu yang dilubangi atau akar pohon yang besar dan berlubang. Semuanya dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan lubang-lubang alamiah kayu, bambu di hutan yang disukai lebah Lanceng.

Dibandingkan dengan madu biasa, rasa madu Lanceng tidak selalu manis. Bahkan, madu Lanceng mempunyai aroma dan rasa asem, termasuk juga pahit. Aroma dan rasanya juga tergantung dari musim buah dimana lebah tersebut menghisap tepungsari yang terdapat pada bunga.

Manfaat dari madu laceng, selain bermanfaat untuk stamina tubuh dan mengandung dha untuk anak-anak, juga dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Diantaranya, demam pada anak, dan batuk pilek. Selain itu dapat juga sebagai terapi penyembuhan diare, demam berdarah, radang tenggorokan, liver bahkan luka bakar.

Harganya jauh lebih mahal di banding madu biasa. Namun demikian, madu hasil produksi lebah yang tidak bersengat itu tetap diburu para penggemarnya. Untuk satu botol berukuran seratus dua puluh mili liter misalnya, dihargai tiga puluh ribu rupiah. Harga ini lebih mahal dua sampai tiga kali lipat, dari madu lebah biasa, mengingat khasiat dan proses produksi yang lebih lama. Tak heran, dengan sekitar dua puluh kotak lebah Lanceng, penghasilan Sugeng dari penjualan madu Lanceng ini, mencapai Dua Juta Rupiah per-bulan.

DIJUAL BIBIT KAYU CENDANA RP 75.000/BATANG (dengan perawatan)

DIJUAL , BIBIT POHON GAHARU , RP !0.000 / BATANG (plus perawatan)

Gaharu Sembuhkan Banyak Penyakit
JAKARTA – Gaharu dikenal berasal dari marga tumbuhan bernama Aquilaria. Di Indonesia tumbuh berbagai macam spesiesnya, seperti A. malaccensis, A. microcarpa, A. hirta, A. beccariana, dan A. Filaria. Karena banyaknya jenis tumbuhan ini ada di Indonesia, maka bukan barang aneh, bila kemudian tumbuhan ini juga banyak dimanfaatkan masyarakat. Salah satu manfaatnya merupakan fungsi flora ini sebagai obat. Meningkatnya penggunaan obat-obatan dari bahan organik seperti tumbuhan (herbal), membuat gaharu semakin diminati sebagai bahan baku obat-obatan untuk berbagai macam penyakit.Dari hasil penelitian yang ada, gaharu dikenal mampu mengobati penyakit seperti stres, asma, liver, ginjal, radang lambung, radang usus, rhematik, tumor dan kanker. Kini pengunaan gaharu sebagai obat terus meningkat. Tapi sayangnya hingga kini, Indonesia baru mampu memasok 15 persen total kebutuhan gaharu dunia. Bahkan kini fungsi gaharu juga merambah untuk bahan berbagai produk kecantikan dan perawatan tubuh. Sebagai kosmetik gaharu bisa dijual seharga Rp 2-5 juta per kilogram, bahkan untuk jenis super dan dobel super harganya mencapai Rp18 juta per kilogram. Di Indonesia tanaman ini dikelompokan sebagai produk komoditi hasil hutan bukan kayu. Atas dasar itu, pengembangan gaharu sangat mendukung program pelestarian hutan yang digalakkan pemerintah. Investasi dibidang gaharu sendiri sebenarnya sangat menguntungkan. Gaharu bisa dipanen pada usia 5-7 tahun.Untuk satu hektare gaharu hingga bisa dipanen, memerlukan biaya sebesar Rp 125 juta namun hasil panen yang didapat mencapai puluhan kali lipat. Budi daya gaharu sangat cocok dikembangkan dalam meningkatkan hasil hutan non kayu, sementara pasarnya sangat luas dan tidak terbatas. (ant/slg)

DIKUTIP DARI : Copyright © Sinar Harapan 2003